Minggu, 11 September 2011

Mengenal ciri-ciri penulis profesional

     Setiap profesi akan diketahui melalui karya-karyanya. Dengan keprofesiannya, ia pun menjadi profesional karena mampu membuktikan kapasitas dan produktivitasnya. Ketika ia semakin menjaga konsistensi keprofesionalannya, ia pun “naik daun” sehingga ia mendapat beragam penghargaan dari pihak lain yang menggunakan pikirannya. Maka, alangkah baiknya jika kita mulai membangun budaya profesionalisme tersebut sejak dini.
     Penulis termasuk profesi yang menuntut profesionalisme tinggi karena profesi ini tidak dapat dimiliki semua orang.
Hanya orang-orang tertentu yang mampu menekuni profesi ini sehingga ia mendapatkan beragam penghargaan atas karya-karyanya. Ketika ia mulai menunjukkan keprofesionalan itulah, ia pun menjadikan profesi penulis sebagai pilihan hidupnya. Dan mudah-mudahan kita termasuk menjadi salah satunya.
     Lalu, bagaimanakah kita mengenal ciri-ciri penulis profesional? Saya memiliki lima cirr penulis profesional. Saya menemukan kelima ciri ini berdasarkan pengalamanku berhubungan dengan para penulis senior dan pengalaman. Kelima ciri itu adalah menjaga kejujuran menulis, tidak berharap pujian, memiliki keikhlasan, mengajak ke arah kebaikan, dan menjaga konsistensi bidang. Berikut kupasannya :

Ciri 1: Menjaga Kejujuran
     Penulis profesional mengharamkan copy-paste alias pencurian karya orang lain tanpa hak. Ia akan berusaha bersikap jujur. Meskipun tulisannya sederhana dan kurang mendapat apresiasi, ia tetap bersikap jujur. Lebih baik jujur dengan karyanya daripada terkenal karena mencuri karya orang lain adalah motto hidupnya. Dan ini adalah ciri paling utama menurut saya.
Ciri 2: Tak Berharap Pujian
     Penulis profesional tidak akan berharap pujian. Ia menulis dan menulis saja. Ada dan tidak pujian tidak akan mengendorkan semangat menulis. Baginya, menulis adalah kebutuhan sehingga ia mesti memenuhinya. Pujian adalah AKIBAT sebuah tindakan BAIK dan bukan NIAT dijadikan motto hidupnya. Justru pujian dianggapnya sebagai racun yang dapat membunuh semangat keprofesionalannya.
Ciri 3: Memiliki Keikhlasan
     Ketulusan atau keikhlasan menjadi nafas bagi penulis profesional. Penghargaan akan diterima seiring dengan penilaian orang terhadap karyanya merupakan filosofis hidupnya. Penulis profesional tidak terkontaminasi oleh “titipan” pihak-pihak tertentu untuk menuliskan sesuatu. Ia berani menolak ajakan provokatif karena ia menjaga diri dari keinginan untuk menyerang penulis lainnya. Maka, ia pun ikhlas melepaskan diri dari komunitas yang dibangun pihak lain yang berseberangan demi menjaga keprofesionalan.
Ciri 4: Mengajak ke Arah Kebaikan
   Penulis profesional senantiasa menjaga niatan untuk mengajak pembaca ke arah kebaikan. Penulis profesional tidak akan menjerumuskan pembaca ke arah pemahanan sepihak. Satu huruf kebaikan akan bernilai satu kebaikan adalah penyemangat hidup penulis profesional. Oleh karena itu, ia berusaha menjaga setiap huruf tulisannya agar selalu bernilai ajakan kebaikan. Terasa amat berdosa jika ia menuliskan sesuatu yang menyesatkan pembaca.
Ciri 5: Menjaga Konsistensi Bidang
     Penulis profesional menulis sesuatu berdasarkan spesifikasi bidang yang ditekuninya. Meskipun menuliskan sesuatu yang bukan bidangnya memang dibolehkan, ia berusaha agar menuliskan sesuatu itu tetap berkoridor kepada keilmuannya. Tulisanku adalah profesiku merupakan motto hidupnya. Penulis profesional tidak akan tergoda oleh keinginan untuk mengambil jalan pintas demi berebut pasar meskipun itu menarik baginya.
Jika gajah mati meninggalkan gading. Jika macan mati meninggalkan belang. Jika penulis mati hendaknya ia meninggalkan tulisan yang berisi kebaikan. Kelak tulisan itu akan memberikan kebaikan demi memuluskan jalannya menuju surga-Nya. Semoga kita dapat menjadi penulis profesional dan termasuk penulis yang mendapatkan kebaikan setelah kita mati. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar